Mengapa Mereka Ragukan Keindahan Islam?

Muhammad Rijal

Islam seluruhnya keindahan. Aqidahnya adalah aqidah yang paling benar, paling lurus, dan mensucikan jiwa. Adab-adab yang diajarkan adalah adab yang paling terpuji, demikian pula amalan-amalan dan hukum-hukumnya adalah amalan dan hukum yang paling baik dan paling adil. Islam adalah agama kebahagiaan, ketentraman dan kemenangan di dunia dan akherat.
Islam tidak membiarkan manusia dalam kesendiriannya, atau bersama keluarga, sanak saudara, tetangga, atau bersama saudara-saudara seagamanya, bahkan bersama manusia lainnya melainkan islam mengajarkan adab-adabnya secara rinci, dan menunjukkan cara-cara bergaul yang menjadikan kehidupannya damai dan penuh kebahagiaan.
Ketika seorang mau menatap dan mentadabburi mahasinul islam, sungguh Allah akan meresapkan keimanan ke dalam kalbu seorang hamba dan merasakan kelezatan iman. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الإيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ
“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam kalbumu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, (QS. Al-Hujuraat:7)

Keindahan Yang Tidak Terlukiskan
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Jika engkau perhatikan hikmah yang sangat agung pada agama yang lurus, syariat yang dibawa Nabi Muhammad saw dengan segala kesempurnaannya, niscaya keindahan syareat ini tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, tidak kuasa untuk disifatkan serta tidak dapat dibayangkan oleh orang-orang yang cemerlang akalnya sekalipun, meskipun mereka berkumpul memikirkannya dalam keadaan mereka semua memiliki akal lelaki yang paling sempurna menurut ukuran akal yang paling cemerlang untuk mengenali keindahannya dan menyaksikan keutamaannya.
Sungguh, di alam semesta tidak pernah ada syariat yang lebih sempurna, lebih mulia dan lebih agung darinya. Syariat islam itu sendiri lah yang menjadi saksi dan yang disaksikan, menjadi hujjah dan yang didukung oleh hujjah, akan keagungan dan keindahannya. Bahkan seandainya rasul tidak datang membawa bukti keterangan niscaya sudah cukup syariat ini menjadi bukti dan saksi bahwa ia diturunkan dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.” )Miftaah Daarus Sa’adah )
Syareat islam yang agung dan penuh keindahan , cahaya-cahaya keindahnya telah menyinari semesta, dan setiap orang mampu menatapnya, tetapi bersama dengan terangnya cahaya kebenaran tersebut tetap saja kebanyakan manusia lebih suka memilih jalan-jalan syaiton.
لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Al-Baqarah: 256
Rasulullah saw wafat dalam keadaan ajaran Islam mencapai puncak-puncak keindahan, kesempurnaan dan keadilan karena yang mensyariatkan adalah Allah Ta’ala, Dzat yang Maha Indah, Maha Sempurnan, dan Maha Adil.
Untuk memeluk agama islam yang penuh dengan keindahan inilah, seluruh manusia diseru agar tunduk, berserah diri beribadah kepada Allah.
فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ
Maka Ilah (sesembahan) kalian mu ialah ilah Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah), Al-Hajj: 34

Sebenarnya Mereka Telah Tahu.
Musuh-musuh Allah Ta’ala sebenarnya sadar bahwa Islam adalah agama yang mulia, agama yang penuh dengan keindahan. Bahkan kekaguman itu terucap dari sebagian lisan-lisan mereka atau telah masuk dalam relung hati mereka, akan tetapi kedengkian dan hasadlah yang menghalangi mereka dari hidayah, kejahilan dan hawa nafsulah yang membuat hati mereka terbalik, seperti kekufuran Fir’aun dan kaumnya.
فَلَمَّا جَاءتْهُمْ آيَاتُنَا مُبْصِرَةً قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ (13) وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ (14)
Juga seperti ahlul kitab yang sesat diatas ilmu, berpaling dari hidayah dalam keadaan mengenal kebenaran islam dan nabi islam namun mereka lebih memilih jahannam. Allah berfirman:
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقاً مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. Al-Baqarah: 146
Dalam ayat lain Allah berfirman tentang ahlul kitab:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَؤُلاءِ أَهْدَى مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا سَبِيلا
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. An-Nisa:51
Ayat ini turun berkenaan dengan dua tokoh ahlul kitab, Huyai bin Akhthob dan Ka’ab Al-Asyrof, keduanya mengerti betul kerasulan Muhammad saw, keduanya juga sangat yakin kebenaran islam, namun ketika musyrikin Makkah bertanya kepada keduanya saat datang ke Makkah: “Kalian adalah ahlul kitab, kabarkanlah kepada kami siapa yang lebih mendapat petunjuk, kami atau Muhammad dan pengikutnya?” keduanya menjawab dengan jawaban yang Allah sebutkan dalam ayat di atas: “Kalian (musyrikin Makkah) lebih baik dan lebih lurus jalannya ketimbang Rasulullah saw dan sahabatnya.”
Demikian pula munafikin, mereka tahu kebenaran Nabi saw dan keindahan islam, namun kebencian dan hasadlah yang menjadikan hati mereka buta. Dahulu dizaman Rasulullah saw sekawanan munafikin mengolok-olok nabi dan para shahabat, menjadikan beliau sebagai bahan ejekan dan senda gurau. Ketika perang Tabuk, diantara mereka memberikan komentar tentang Rasulullah saw dan para shahabatnya dengan ucapan kufur:
ما رأينا مثل قرائنا هؤلاء ، أرغب بطونا ، ولا أكذب ألسنًا ، ولا أجبن عند اللقاء
“Belum pernah kita melihat semisal mereka para pembaca Qur’an (yakni Rasulullah saw dan shahabat), mereka paling rakus makannya, paling dusta ucapannya dan paling penakut dikala berhadapan musuh!”
Allahu akbar !, Sungguh dia telah berbicara dengan perkara yang bertolak belakang dengan apa yang mereka ketahui. Rasulullah saw bukanlah orang yang rakus atau banyak makan, bahkan sebaliknya beliau bersabar dengan kelaparan yang beliau derita, pernah beliau mengganjal perut dengan bebatuan. Beliau bukan pula pendusta, bahkan manusia menjulukinya sebagai Al-Amin sebelum kerasulan beliau, tidak sekalipun beliau berdusta, demikian pula dalam perang tidak ada seorang pun lebih pemberani dari Rasulullah saw. Semua tuduhan munafikin dan kuffar kepada islam dan nabi Islam adalah dusta.
Sepanjang sejarah, iblis dan balatentaranya berusaha memalingkan manusia dari islam dengan menyematkan kepada islam tuduhan-tuduhan keji. Padahal islam diliputi dengan keindahan. Enam tahun silam misalnya, sebagian kuffar menyebarkan gambar karikatur nabi bersorbankan rudal, menggambarkan kekejaman Rasulullah saw dan syareat islam yang dibawa. Padahal semua tahu, sejarah manusia menyaksikan, dunia pun menjadi saksi bisu bahwa merekalah orang-orang kafir yang telah membuat kerusakan di muka bumi, merekalah yang telah menumpahkan darah-darah manusia, merekalah yang menebarkan kekejaman dan kekejian.
Terkait kejadian ini AsySyaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali Hafidhzahullah berkata: Media massa, baik surat kabar ataupun yang lainnya, telah menyebarkan berita-berita menyedihkan dan melukai (umat), yang bersumber dari musuh-musuh islam yang dengki dan terputus dari kebaikan, yang menyudutkan agama dan Nabi Islam. (Di antaranya) perbuatan yang mengandung celaan terhadap Rasulullah saw dan menjelek-jelekkan risalahnya, yang muncul dari individu maupun organisasi Nasrani yang menyimpan kedengkian. Juga dari sebagian penulis yang dengki dan orang yang tidak peduli, seperti para karikatusris sebuah surat kabar Denmark, Jylland Posten, dimana para karikaturisnya menghina sebaik-baik manusia dan Rasul paling sempurna yaitu Muhammad saw.
Padahal, bumi tidak pernah mengetahui ada seorang yang lebih cerdas dan lebih mulia daripada beliau dalam hal akhlak, keadilan dan kasih sayang. Serta tidak pernah diketahui satu risalah pun yang lebih sempurna, lebih menyeluruh, lebih adil dan lebih kasih sayang daripada risalah beliau.
Risalah ini mengandung keimanan terhadap seluruh Nabi dan Rasul, menghormati mereka dan menjaga mereka dari tikaman dan penghinaan serta menjaga/memelihara sejarah mereka. Dan di antara para Rasul tersebut adalah ‘Isa dan Musa Saw. Maka barangsiapa yang kafir terhadap terhadap Muhammad dan menghinanya berarti dia telah kafir terhadap para Rasul dan menghina mereka semuanya.
Dan sungguh orang-orang rendahan dan buas itu telah mengolok-olok beliau Saw. Mereka telah membuat beragam karikatur, berjumlah 12 karikatur yang sangat menghina. Salah satunya menampilkan Nabi Muhammad saw dengan mengenakan sorban yang menyerupai bom di atas kepalanya.
Pembaca, demikianlah musuh-musuh islam mengolok-olok islam dan menuduh islam sebagai agama kejam, keji, dan agama yang menyebarkan terror. Tidak tanggung-tanggung mereka robek kehormatan Nabi saw dan disebarkan ke seluruh penjuru dunia, padahal sesungguhnya mereka tahu kemuliaan islam dan kebobrokan diri mereka…
Berkata Syaikh Rabi’ selanjutnya: Nabi Muhammad saw, para khalifahnya yang terbimbing dan para shahabatnya yang mulia tidak pernah membuat pabrik-pabrik senjata. Meskipun itu persenjataan kuno sekalipun, baik pedang maupun tombak, lebih-lebih bom atom dan rudal antar benua, serta semua jenis senjata pemusnah massal. Nabi Muhammad saw tidak membuat satu pabrikpun karena beliau diutus sebagai rahmat bagi alam semesta …. Adapun kalian wahai orang-orang barat yang sok mengaku modern, kami nyatakan kepada kalian bahwa sesungguhnya kalian memiliki aturan dan perundang-undangan yang menghancurkan akhlak dan membolehkan berbagai perkara yang haram. Di antaranya zina dan penyimpangan seksual. Di antaranya juga riba yang menghancurkan ekonomi umat. Juga menghalalkan bangkai dan daging babi yang mengakibatkan sifat dayyuts sehingga seorang laki-laki tidak akan merasa cemburu terhadap istrinya, saudara wanitanya dan anak perempuannya. Kemudian wanita-wanita itu berzina dan mencari pasangan kumpul kebo semaunya. Dan ini adalah sarana-sarana penghancur yang diharamkan pleh risalah semua rasul.
Adapun bom dan seluruh senjata pemusnah serta saran-sarananya baik berupa pesawat tempur, tank-tank rudal jelajah, maka sesungguhnya kalianlah para insyinyur dan produsennya. Semua itu dengan akal setan kalian yang tidak berfikir kecuali dalam rangka permusuhan, kezaliman dan kekerasan, melampaui batas dan menguasai seluruh jenis manusia serta memperbudak mereka, menumpahkan darah dan merampok kekayaan mereka….. semua itu dipoles dengan nama kemajuan, membela hak asasi manusia, kebebasan dan keadilan….
Wahai orang-orang yang tertipu, siapakah yang berbuat kerusakan di muka bumi? Para nabi dan Rasul saw atau mereka para kafir durjana?

Faedah Mempelajari Keindahan Islam
Ditengah-tengah badai fitnah dan perang pemikiran, serta semakin jauhnya sebagian kaum muslimin dari mengenal keindahan agamanya, pembahasan mengenai mahasin dinul islam menjadi perkara yang sangat penting karena:
1. Mentadabburi nusus Al-Kitab dan As-Sunnah tentang keindahan islam termasuk semulia-mulia amalan. Allah berfirman:
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. Shaad 29
2. Mempelajari dan mentadabburi keindahan islam merupakan salah satu bentuk syukur terhadap nikmat islam yang Allah anugerahkan. Allah berfirman:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur). Adh-Dhuha.
3. Merenungkan keindahan islam dan kesempurnaan syareat Allah ta’ala adalah salah satu sebab bertambahnya keimanan, hingga ia merasakan kelezatan iman. Seorang muslim, semakin kuat perhatiannya terhadap keindahan agama ini, semakin kokoh tapak kakinya dalam mengenal agama ini dan mengenal keindahan dan kesempurnaannya serta keburukan apa saja yang menyelisihinya sehingga ia akan menjadi orang yang kuat keimanannya. Barangsiapa mengenal islam di atas ilmu, dia akan ridha Allah sebagai Rabbnya, Muhammad saw sebagai nabinya dan Islam sebagai agamanya, dan tidak pernah terbetik dalam kalbunya untuk mencari ganti selain islam. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda: “Tiga sifat barangsiapa sifat itu ada padanya, ia akan mendapatkan manisnya iman. (Pertama) Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (Kedua) ia mencintai seseorang, tidaklah mencintainya melainkan karena Allah, (ketiga) ia membenci untuk kembali kepada kekafiran -setelah Allah selamatkan darinya- sebagaimana ia benci dilempar dalam api.
4. Mempelajari dan menyebarkan mahasin islam termasuk sebesar-besar dakwah kepada kuffar untuk masuk ke dalam agama islam.
5. Mempelajari dan menyebarkan mahasin islam termasuk sebesar-besar dakwah (ajakan) kepada kaum muslimin untuk lebih bertamassuk (berpegang teguh) dengan islam.
6. Pembahasan mahasinul islam juga sebagai bantahan bagi musuh-musuh Allah yang selalu memutar balikkan fakta, dan menyematkan tuduhan-tuduhan keji terhadap islam yang dibawa Rasulullah saw.
Demi Allah, pembahasan mahasinul islam, seperti diungkapkan Ibnul Qayyim, tidak mungkin kita mengibaratkannya dengan kata-kata, seandainya seluruh orang yang cerdas mendiskusikan mahasinul islam tidaklah mungkin mereka tunaikan hak-haknya. Apa yang kita lakukan hanyalah upaya kecil untuk menyadarkan diri kita dari kelalaian, dan usaha untuk mensyukuri nikmat islam yang Allah anugerahkan kepada kita sekaligus memberikan peringatan kepada musuh-musuh Allah yang berupaya mengolok—olok islam bahwa makar busuk kalian tidak pernah akan berhasil karena Allahlah yang menyempurnakan cahaya agamanya, kemudian di hadapan kalian sungguh ada adzab yang pedih.
يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَو كَرِهَ الْكَافِرُونَ
Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. (Ash-Shaff: 6).

Posted on Maret 19, 2012, in Aqidah - Keindahan Islam. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar