Gerhana, Antara Mitos dan Syareat (Tanya Jawab Masalah Gerhana – Bagian 1)

Abu Ismail Muhammad

Saya teringat belasan tahun silam, saat saya masih kecil, sebuah dongeng khurofat yang menyebar di kalangan masyarakat jawa bahwa gerhana terjadi karena matahari dimakan raksasa yang hanya memiliki kepala. Memang luar biasa ajaran kesesatan peninggalan leluhur meracuni masyarakat. Lebih ngawurnya lagi dongeng ini dicetak di buku pelajaran bahasa jawa tingkat sekolah dasar.

Tak ada dalam benak saya ketika itu bimbingan islam dalam masalah gerhana, yang ada hanya hayalan anak kecil. Padahal islam telah begitu sempurna membimbing manusia dalam segala hal termasuk gerhana matahari atau gerhana bulan.

Dalam majelis kali ini, sejenak kita lalui beberapa bimbingan syareat terkait dengan masalah gerhana dalam bentuk soal jawab semoga menjadi manfaat bagi saya pribadi dan pembaca seluruhnya

Soal 1- Apa Hikmah Gerhana Matahari (Kusuf) dan Gerhana Bulan (Khusuf) ?

Jawab: Gerhana matahari dan gerhana bulan keduanya sebagian ayat (tanda kekuasaan) Allah ta’ala. Di antara hikmahnya, Allah menakut-nakuti hamba-Nya dengan gerhana agar mereka kembali kepada Allah, berdoa kepada-Nya dan beristighfar memohon ampunan kepada-Nya. Hikmah ini tampak dalam sabda Rasulullah saw:

إن الشمس والقمر آيتان من آيات الله لا ينكسفان لموت أحد ولا لحياته فإذا رأيتم ذلك فصلوا وادعوا حتى يُكشف ما بكم

Sesungguhnya matahari, bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah ta’ala. Tidaklah terjadi gerhana atas keduanya karena kematian seseorang atau kelahirannya. Maka apabila kalian melihat gerhana shalatlah dan berdoalah hingga ditampakkan lagi untuk kalian. (Muttafaqun ‘Alaihi)

Datang dalam sebagian riwayat bahwa diantara tanda-tanda hari kiamat adalah sering terjadinya gerhana. Benar kabar Rasulullah saw, diakhir zaman ini gerhana menjadi sangat sering dibandingkan zaman yang telah lalu, Allahul musta’an. Tentunya hal ini adalah hikmah lain dari Allah tetapkan gerhana, untuk mengingatkan manusia akan dekatnya hari kiamat.

Soal 2- Sebagian manusia meyakini bahwa gerhana adalah pertanda lahirnya seorang yang mulia atau kematian mereka. Benarkah keyakinan ini ?

Jawab: Ini adalah keyakinan jahiliyyah, telah dibantah sendiri oleh Rasulullah saw dalam sabda beliau dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim.

لا ينكسفان لموت أحد ولا لحياته

Tidaklah terjadi gerhana atas keduanya karena kematian seseorang atau kelahirannya.

Ketahuilah bahwa manfaat dan madharrat semua di tangan Allah ta’ala, adapun bulan, bintang, matahari semuanya makhluk Allah sujud kepada-Nya, tidak memberikan manfaat atau madharrat

Soal 3- Apa yang disyareatkan ketika terjadi gerhana ?

Jawab: Disyareatkan ketika terjadi gerhana, banyak berdoa kepada Allah, beristighfar, beramal sholih termasuk yang sangat ditekankan adalah shalat gerhana. Rasulullah saw bersabda:

هُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلَاةِ

Keduanya adalah tanda-tanda kekuasaan Allah, tidaklah keduanya terjadi gerhana karena kematian seseorang atau kelahirannya. Jika kalian melihat gerhana maka segeralah menuju shalat. (HR. Al-Bukhari)

Soal 4- Apa hukum shalat gerhana?

Jawab: Telah terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama mengenai Hukum shalat gerhana. Sebagian berpendapat Wajib ‘ain, sebagian lain berpendapat Fardhu Kifayah[1] adapun jumhur (mayoritas) ulama berpendapat bahwa shalat kusuf hukumnya Sunnah Muakkadah.

Pendapat yang menyatakan fardhu kifayah adalah pendapat yang lebih mendekati kepada kebenaran insyaallahu ta’ala. Dalilnya adalah perintah-perintah Rasulullah saw ummatnya untuk menegakkan shalat gerhana. Dan di masa Rasulullah saw tidak ada dalam riwayat –Allahu a’lam perintah Rasulullah saw kepada kaum wanita keluar dari rumah-rumah mereka sebagaimana shalat ied.


[1] Sebagaimana ini adalah pilihan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah.

 

Posted on April 22, 2012, in Fiqh - Tanya Jawab Fiqh. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Komentar ditutup.