Kontroversi Ibnu Saba’ Al-Yahudi (Abdullah bin Saba’ Dalam Tarikh) Bagian 1

Pembahasan jati dirinya adalah bagian penting dalam kajian tarikh Islam. Meskipun keberadaan Ibnu Saba’ sudah menjadi ijma’ (kesepakatan) ahli hadits, ahli Jarh wat Ta’dil, ahli tarikh, juga penulis kitab-kitab Al-Milal wan Nihal dan Firaq (aliran-aliran dalam islam), namun pada sebagian kalangan, kontroversi keberadaannya sebagai sosok penebar fitnah dan kedustaan tetap saja menjadi perbincangan dan bahan perdebatan.

Orientalis bersama firqah-firqah sesat seperti agama rafidhah (syiah) berupaya keras menghilangkan jejak Ibnu Saba’ dari tarikh dan menampakkannya sebagai tokoh khayal.

Upaya tersebut bukan perjuangan tanpa tujuan. Banyak maksud buruk terselip dibalik usaha itu, diantaranya: mengaburkan sejarah wafatnya khalifah Utsman bin ‘Affan t dan fitnah-fitnah berikutnya dimasa khalifah Ali bin Abi Thalib t yang sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari peran sosok yahudi yang buruk ini.

Rafidhah (syi’ah) juga memiliki maksud buruk lain yaitu upaya memendam keterkaitan antara rafidhah sebagai agama baru dengan ajaran yahudi yang dibawa Ibnu Saba’.

Pembaca rahimakumullah, agama rafidhah –sebagaimana diterangkan ulama- memiliki banyak sisi persamaan dengan yahudi. Mengapa demikian ? Karena memang agama rafidhah dipelopori Ibnu Saba’, yahudi yang menampakkan keislaman di tengah barisan kaum muslimin. Oleh karena itulah rafidhah tidak ingin diketahui bahwa mereka sejatinya adalah anak dan kaki tangan yahudi, sebagaimana mereka juga tidak ingin terlihat adanya hubungan mesra dengan yahudi yang selalu membantu tumbuh berkembangnya rafidhah di tengah-tengah muslimin untuk merusak ajaran islam yang murni.

Dari itikad-itikad buruk inilah, mereka menyatukan langkah menghilangkan fakta-fakta sejarah tentang Ibnu Saba’ dengan berbagai cara, diantaranya memasukkan apa yang sebenarnya tidak terjadi dalam tarikh dan menggantinya dengan kedustaan atau memberikan penafsiran-penafsiran salah terkait dengan kejadian-kejadian tarikh.

Sadar atau tidak, pengkaburan ini merupakan salah satu dari sekian bentuk upaya pengrusakan islam, hingga tidak sedikit dari kaum muslimin terbawa pola pemikiran mereka tersebut kemudian terjerat dalam tipu muslihatnya.

Musuh-musuh islam berupaya memerangi islam dengan berbagai cara, diantaranya dengan merusak tarikh islam, terlebih apa yang terkait dengan sejarah sahabat-sahabat Rasulullah r, sebagaimana hal ini diisyaratkan Syaikul Islam Ibnu Taimiyah (728 H) rahimahullah. Beliau berkata dalam Al-‘Aqidah Al-Wasithiyah ketika menyebutkan aqidah ahlus sunnah tentang sahabat-sahabat Rasulullah r: “Dan mereka (ahlus sunnah) mengatakan bahwa atsar-atsar yang diriwayatkan tentang kejelekan sahabat di antaranya adalah dusta, diantara yang lain berita yang telah ditambah-tambah, dikurangi atau dirubah-rubah …”

Demikian kaedah penting terkait dengan upaya musuh-musuh islam menebarkan kedustaan dan kerancuan dalam tarikh sahabat yang tiada lain bertujuan merusak Islam. Tetapi bagaimanapun musuh islam berusaha mencemarkan kemuliaan sahabat, pertolongan Allah atas agama ini adalah kepastian yang tidak bisa ditawar lagi. Allah I berfirman:

يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَو كَرِهَ الْكَافِرُونَ

Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. Ash-Shaff : 6

Beberapa Upaya Pengaburan Ibnu Saba’

Orientalis demikian gigih mengingkari keberadaan Ibnu Saba` dengan argumen-argumen yang sangat lemah dan nyata dibuat-buat. Sebut saja diantara mereka Bernard Lewis, yahudi berkebangsaan ingris, Julius Wellhausen (Jerman), Friedlaender dan Caetani Leone (Italia), diikuti pula orang-orang yang terpengaruh orientalis seperti Dr. Toha Husain (Mesir) dan Dr. Muhammad Kamil Husain. Rafidhah tidak pula ketinggalan berjalan mengekor seperti layaknya anjing di belakang tuannya –sambil menjulurkan lidah-lidah mereka- seperti Muhammad Jawad, Murtadha ‘Askari, Dr. ‘Ali Wardi, Dr. Kamil Syaibi, dan lainnya.  Dengan lantang mereka semua berteriak di atas kebodohan dan hawa nafsu bahwa Ibnu Saba’ hanya khayalan, keberadaannya hanyalah sebuah legenda. [1]

Pembaca rahimakumullah, di antara syubhat mereka untuk menolak keberadaan Ibnu Saba’, adalah klaim bahwa Ibnu Saba’ tidak termaktub dalam referensi-referensi tarikh kecuali riwayat Saif bin ‘Umar At-Taimi, sementara ia bersendiri dalam meriwayatkan keberadaan Ibnu Saba’, dan riwayatnya tertolak. Demikian kata mereka.

Sebenarnya, bagi sedikit saja yang mau melihat riwayat-riwayat tarikh barang sejenak, dengan mudah menyimpulkan bahwa dalil mereka sangat lemah bahkan dusta, terlebih jika memahami maksud buruk yang terselip dalam dada mereka. Allahul musta’an.

Abdullah bin Saba’ Hakekat, Bukan Sosok Khayalan.

Keberadaan Abdullah bin Saba’ tidak perlu diragukan.  Dalih bahwa Saif bin ‘Umar At-Taimi bersendiri dalam meriwayatkan adanya Ibnu Saba’ terbantah dari sekian banyak sisi, diantaranya:

(1) Keberadaan Ibnu Saba’ Al-Yahudi diriwayatkan dalam riwayat-riwayat lain yang shahih dan Hasan dalam banyak referensi tarikh bukan hanya dari jalan Saif bin ‘Umar At-Taimi seperti yang mereka dustakan, diantara riwayat-riwayat tersebut adalah[2]:

Pertama: Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq meriwayatkan dari ‘Amir bin Syarahil Asy-Sya’bi (104 H) rahimahullah, beliau berkata:

أَوَّلُ مَنْ كَذَبَ عَبْدُ اللهِ بْنُ سَبَاء

“Orang yang pertama kali melakukan kedustaan adalah Ibnu Saba’”

Kedua: Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq juga meriwayatkan dari Ja’far Ash-Shadiq, kisah kemarahan Ali bin Abi Thalib t atas ucapan-ucapan kufur yang terlontar dari Ibnu Saba’. (Lihat riwayatnya pada sub bab: “Sepenggal Kisah Ibnu Saba’ di Masa ‘Ali Bin Abi Thalib.”)

(2) Di samping riwayat-riwayat shahih dan hasan, banyak riwayat-riwayat dha’if (lemah) tentang keberadaannya sebagai penguat kepastian adanya sosok Ibnu Saba’ sebagaimana keberadaannya telah disepakati ulama islam.

(3) Lebih menarik lagi sebagai bantahan, ternyata dikalangan orientalis sendiri ada yang secara obyektif berkesimpulan melalui penelitian riwayat dan referensi-referensi tarikh bahwa Abdullah bin Saba’ adalah sosok nyata dalam tarikh, bukan tokoh fiksi !.  Diantara mereka adalah Reynold Allen Micholson (1945 M) dan Ignaz Goldziher (1921 M), dua orang ini berkesimpulan tentang adanya sosok Ibnu Saba’ dalam Tarikh Islam. Cukuplah hal ini sebagai bantahan, jika mereka masih berakal.

(4) Adapun bagi rafidhah yang mengelak keberadaan Ibnu Saba’, cukuplah kita katakan pada mereka: “Kitab-kitab rujukan kalian dengan tegas menukil riwayat-riwayat keberadaan Ibnu Saba’, bahkan dari jalan Imam-imam yang kalian anggap maksum.” Lihat beberapa referensi kalian seperti: Risalatul irja’ oleh Hasan bin Muhammad bin Al-Hanafiyah (95 H), Al-Maqalat wal Firoq oleh Sa’d bin Abdullah Al-‘Asy’ari Al-Qummi (301 H) cet. Teheran 1963. Rijalu Al-Kishyshyi oleh Abu ‘Amr dan Muhammad bin ‘Umar (369 H) cet. Istanbul 1931. Rijal Ath-Thuusi, oleh Abu Ja’far Muhammad bin Al-Hasan Ath-Thuusi (460 H) cet. Najef 1961 H  dan kitab-kitab lain yang kalian jadikan rujukan wahai rafidhah, wahai kaki tangan yahudi.[3]

Empat hal di atas mudah-mudahan cukup sebagai bantahan bagi mereka yang meniadakan Ibnu Saba’ dalam tarikh, jika mereka masih punya sedikit akal.

Abu Ismail Muhammad Rijal (Sumber Majalah Asy-Syariah)


[1] Lihat: Ibnu Saba’ Haqiqah Laa Khayal hal 7-24. Penulis -Dr. Sa’di Al-Hasyimi- menukil beberapa ucapan mereka beserta sanggahannya.

[2] Dr. Muhammad bin Abdullah Ghobban mengumpulkan riwayat-riwayat terkait dengan Ibnu Saba’ dalam tulisannya Fitnah Maqtal ‘Utsman, lihat jilid 2 hal. 883-900

[3] Diringkas dari risalah Ibnu Saba’ Haqiqah Laa Khayal (hal.25-29) karya Dr. Sa’di Al-Hasyimi, penulis menyebut empat belas rujukan syi’ah yang telah tercetak, demikian pula diisyaratkan beberapa rujukan lain baik yang tercetak atau yang masih dalam bentuk manuskrip.

Posted on April 23, 2012, in Aqidah. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Komentar ditutup.