MENUHANKAN AKAL NEO MU’TAZILAH; Ulil Abshor Abdalah pengusung kekufuran,

Abu Muhammad Al-Jawi Lc

Menuhankan akal menjadi sebuah “trend buruk” yang cukup berkembang saat ini. Anehnya, banyak saja manusia tertarik dan menjadi  penganutnya.

Mu’tazilah, inilah salah satu kelompok pemuja akal. Kelompok bernama Mu’tazilah memang sudah tidak terdengar di zaman ini, namun pemikiran mu’tazilah banyak bersarang dalam benak-benak orang “cerdas” namun kebablasan dalam menempatkan akal di hadapan syareat.

Cerdas bukan jaminan mendapatkan hidayah. Jangan salah sangka bahwa Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Thalib, adalah orang-orang ber IQ rendah, pas-pasan atau idiot. Sesungguhnya mereka adalah para pemuka masyarakat, diplomat, tokoh-tokoh cerdas, pemikir ulung, ahli perdagangan bahkan ahli perang dan strategi perang. Namun karena mereka tidak tunduk kepada syareat kebinasaan pun menimpa.

Cerdas bukan ukuran. Yang menjadi ukuran adalah ketundukan seorang hamba, baik jasad atau ruh dan akalnya dihadapan syareat.

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Mu’tazilah dan para penganut faham mereka, tidak sudi menerima syareat begitu saja dengan ucapan sami’na wa atho’na. (Kami mendengar dan kami taat), padahal inilah yang seharusnya menjadi sifat hamba Allah yang beriman.

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”.

Saat syareat datang didepan mata, para pemuja akal justru berkata: Tunggu dulu mas, syareat ini masuk akal nggak ?. Kalau akal kami cocok, boleh lah kita terima, tetapi kalau tidak, maaf-maaf saja tidak ada dalam kamus kami untuk menerimanya. Mereka benar-benar menuhankan Akal.

Persis seperti Abu Jahl dan konco-konconya. Mereka menertawakan Rasulullah saw dan mengejeknya ketika beliau kabarkan perjalanan Isra’ Mi’raj, dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsha dilanjutkan perjalanan ke langit dan kembali lagi ke kota Makkah, tidak genap satu malam. Mereka tolak, lantaran berita syareat tidak masuk pada akal-akal mereka, yang tidak sehat.

Contoh lain kebobrokan pemuja akal, ketika mu’tazilah atau yang sefaham dengannya mengingkari nikmat dan adzab kubur, demikian pula pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir.

Dalam hadits Bara’ bin ‘Azib radhiyalahu ‘anhuma Rasulullah bersabda: Maka datanglah dua malaikat kepada mayit, keduanya mendudukkan mayyit kemudian bertanya padanya: Siapa Rabbmu? dia menjawab: Rabbku adalah Allah. Apa agamam?, dia menjawab: Agamaku Islam. Siapa orang yang diutus kepada kalian? Dia  menjawab: Rasulullah r. Apa amalanmu? dia menjawab: Aku membaca Al-Quran dan aku mengamalkannya dan membenarkannya. Maka terdengarlah seruan dari langit: “Hamba-Ku benar, hamparkanlah untuknya dari jannah, dan berilah pakaian dari jannah dan bukakanlah untuknya pintu menuju jannah. Lalu datang (kepada mayit) seorang yang sangat indah wajah dan bajunya, sangat harum aromanya seraya berkata: “Bergembiralah dengan apa yang membahagiakanmu, inilah hari yang dahulu engkau dijanjikan.” Maka berkatalah mayyit: “Siapakah kamu, wajahmu tampak datang dengan kebaikan?” dia menjawab: Aku adalah amalan shalihmu. Berkatalah mayyit: “Ya Rabb, tegakkanlah hari kiamat agar aku kembali kepada keluarga dan hartaku.

Dengan akalnya  mereka mengatakan: Ayo kita buktikan apakah malaikat benar-benar mendudukkan mayit dalam kuburnya? Kita coba letakkan kerikil di kepala mayit, lalu kita bongkar kembali kuburan, jika memang jenazah didudukan niscaya batu sudah berpindah dari kepalanya, jatuh ke kaki atau pahanya !!

Subhanallah, betapa bodohnya mereka. Dimana akal kalian wahai mu’tazilah. Kalian sedang berada dihadapan Allah yang Maha Kuasa, mudah saja bagi Allah menutup segala yang benar-benar terjadi di hadapan kita. Betapa lancangnya kalian mengingkari ucapan Rasulullah saw hanya karena akal kalian tidak sampai.

Di era kita, pemikiran mu’tazilah sangat kental dengan kelompok JIL (Jaringan islam Liberal). Tokoh-tokoh mereka tidak asing pula bagi kaum muslimin seperti Ulil Abshor Abdalah, dengan segala pemikiran sesatnya.

Produk-produk JIL pun sangat banyak dan sudah lebih dari cukup menjadi bukti kebejadan akal dan kebobrokan fitrah mereka sebagai hamba Allah, karena yang mereka bawa bukan dari islam bahkan meruntuhkan sendi-sendi islam. Semoga Allah selamatkan kita dan kaum muslimin dari penyimpangan. Amin.

About salafartikel

bismillah

Posted on Maret 6, 2014, in Sekte-Aliran-Bid'ah. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Komentar ditutup.